Jumat, 18 Desember 2015

PENGGUNAAN SPRAYCAN DALAM PENGENDALIAN VEKTOR PENYEBAB PENYAKIT MALARIA



LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT
“PENGGUNAAN SPRAYCAN DALAM PENGENDALIAN
VEKTOR PENYEBAB PENYAKIT MALARIA”




Disusun Oleh:
Arfiyanti Diah Witjaksani
J410140094
Kesmas 3C/Shift D

Pengampu:
Sri Darnoto, SKM.,M.Kes.







PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
A.                Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia (Kemenkes RI, 2011).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Vektor dari penyakit ini adalah nyamuk Anopheles sp (Harijanto, 2000).
Vektor malaria adalah nyamuk Anopheles, dengan ciri khas menungging saat hinggap atau menghisap darah. Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup sempurna terdiri dari telur (1-2 hari), jentik (6-8 hari), kepompong (1-2 hari) dan nyamuk (2-3 bulan). Di dalam program pemberantasan malaria yang utama dilakukan adalah pemberantasan vektor. Dalam hal ini supaya mendapatkan hasil yang maksimal, perlu didukung oleh data penunjang yang menerangkan tentang seluk-beluk vector yang berperan. Untuk menentukan metode pemberantasan yang tepat guna, perlu diketahui dengan pasti musim penularan serta perilaku vektor yg bersangkutan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.374 tahun 2010, Pengendalian vektor dilakukan dengan memakai metode pengendalian vektor terpadu yang merupakan suatu pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya. Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis dan sosial budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja tetapi memerlukan kerjasama lintas sektor dan program.
Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) :
1.      Dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi sebagai metode atau cara pengendalian.
2.       Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu penyakit tular vector.
3.      Melalui kerjasama lintas sektor hasil yang dicapai lebih optimal dan saling menguntungkan.
Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian vektor menggunakan prinsip-prinsip dasar managemen dan pertimbangan terhadap penularan dan pengendalian peyakit. Pengendalian Vektor Terpadu dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar sumberdaya yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga.
Prinsip-prinsip PVT meliputi:
1.      Pengendalian vektor harus berdasarkan data tentang bioekologi vektor setempat, dinamika penularan penyakit, ekosistem dan prilaku masyarakat yang bersifat spesifik local (evidence based).
2.      Pengendalian vektor dilakukan dengan partisipasi aktif berbagai sektor dan program terkait, LSM, Organisasi profesi, dunia usaha /swasta serta masyarakat.
3.      Pengendalian vektor dilakukan dengan meningkatkan penggunaan metoda non kimia dan menggunakan pestisida secara rasional serta bijaksana
4.      Pertimbangan vektor harus mempertimbangkan kaidah ekologi dan prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Pengendalian vektor terpadu dilaksanakan secara bersama dari beberapa metode, meliputi pengendalian fisik, biologi, kimia dan pemberdayaan masyarakat (Kementerian Kesehatan). Program pengendalian malaria secara terpadu yang lebih rinci meliputi pengendalian secara biologi, fisika, kimia, dengan pengaturan pola tanam, dengan perundang-undangan/kebijakan, dan pemberdayaan masyarakat (Marbaniati, 2010).

B.        Tujuan
Pada praktikum pengendalian vektor malaria yang dilaksanakan pada hari Rabu, 07 Oktober 2015 di Laboratorium Workshop – Universitas Muhammadiyah Surakarta, praktikan menggunakan alat Spraycan yang diisi dengan bahan zat-zat kimia. Adapun tujuan dalam pelaksanaan praktikum yaitu:
1.      Mahasiswa mampu mengetahui cara penggunaan alat Spraycan.
2.      Mahasiswa mampu melakukan teknik penyemprotan dengan benar.

C.                Hasil dan Pembahasan
Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya yang disebabkan oleh parasit malaria/protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria Anopheles betina (Harijanto, 2000). Menurut Harijanto (2000), keterbatasan pengetahuan tentang epidemiologi malaria yang terdiri dari biologi parasit, vektor, ekologi manusia dan lingkungan menjadi hambatan dalam menanggulangi malaria.
Dari tahun 2006 sampai 2009 kejadian luar biasa (KLB) terhadap penyakit malaria selalu terjadi di pulau Kalimantan walaupun kabupaten/ kota yang terjangkit berbeda-beda tiap tahun. Pada tahun 2009, KLB dilaporkan terjadi di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten), Kalimantan (Kalimantan Selatan), Sulawesi (Sulawesi Barat), Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera (Sumatera Barat dan Lampung) dengan jumlah total penderita sebanyak 1.869 orang dengan jumlah kematian sebanyak 11 orang (Kemenkes 2011 dalam Arsin, 2012).
Menurut data statistik rumah sakit, angka kematian (CFR) penderita yang disebabkan malaria untuk semua kelompok umur menurun drastis dari tahun 2004 ke tahun 2006 (dari 10,61% menjadi 1,34%). Namun dari tahun 2006 sampai tahun 2009 CFR cenderung meningkat hingga lebih dua kali lipat (Kemenkes 2011 dalam Arsin, 2012).
Keadaan seperti itu perlu menjadi perhatian dan dilakukan evaluasi agar dapat diketahui penyebab meningkatnya angka kematian dan dilakukan upaya pencegahannya.
Pencegahan malaria salah satunya dilakukan melalui upaya Spraycan. Spraycan atau Hand Sprayer merupakan alat semprot larutan insektisida pengendali vektor nyamuk Anophles penyebab penyakit Malaria. Alat semprot ini banyak digunakan dilingkungan Dinas Kesehatan sebagai alat penyemprot pestisida untuk program penanggulangan penyakit Malaria yang disebabkan oleh serangga nyamuk Anopheles sp. Alat ini sangat cocok diaplikasikan pada lingkungan pemukiman masyarakat, rumah sakit, hotel, restoran, apartemen, ruang perkantoran, kandang peternakan, dan sebagainya. Pengaplikasian Spraycan digunakan pada permukaan dinding, baik dinding yang terbuat dari bata, anyaman bambu, kayu/triplek, maupun bahan dasar lainnya.
Sebelum menggunakan alat Spraycan, setiap praktikan hendaknya melakukan upaya kalibrasi pada alat. Yang dimaksud kalibrasi yaitu suatu upaya untuk melakukan standarisasi pada alat. Tujuan dilakukannya kalibrasi yaitu, untuk menentukan devisiasi dan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat ukur dan pengukuran hasil dijamin pencarian untuk Standar Nasional sebagai standar juga dan international. Dengan demikian alat ukur kondisi dan bahan dapat disimpan sesuai dengan spesifikasi.
Cara penggunaan Spraycan sebagai berikut:
a.       Siapkan alat spray can yang akan digunakan;
b.      Periksalah tangkai atau selang jangan sampai bocor;
c.       Siapkan pestisida yang berbentuk serbuk (jenis Wp) kemudian homogenkan didalam wadah sebagai catatan pengenceran pestisida menggunakan air dengan takaran tertentu;
d.      Kapasitas tabung Spraycan adalah 11 liter, akan tetapi pemanfaatan kapasitas hanya 8,5 liter;
e.       Pengenceran pestisida pertama sebanyak 4 liter;
f.       Masukkan ke dalam tabung Spraycan menggunakan corong agar larutan pestisida tidak tumpah;
g.      Pengenceran pestisida kedua sebanyak 4,5 liter. Hal ini dilakukan dua kali agar pestisida yang belum terlarut pada pengenceran pertama bisa terlarut dipengenceran kedua;
h.      Masukkan ke dalam tabung Spraycan menggunakan corong agar larutan pestisida tidak tumpah;
i.        Pompa Spraycan sebanyak 55 kali hingga jarum tekanan menunjukkan angka 55psi (satuan tekanan udara);
j.        Seprotkan cairan pestisida kedalam beaker glass. Hal ini ditujukan untuk mengetahui ke efektifan alat, apabila cairan pestisida yang disemprotkan lebih atau kurang dari 755ml selama 60 detik, maka alat tersebut perlu dilakukan perbaikan.
k.      Semprot permukaan dinding dengan jarak sebesar 46 cm antara permukaan dinding dengan nozzle tip (tempat pemancar larutan yang berbentuk seperti kipas);


l.        Teknik penyemprotan dilakukan seperti gambar dibawah ini:


 


m.    Semprot selama 3 menit, larutan biasanya yang keluar sebanyak 2,3 liter;
n.      Pompa kembali Spraycan sebanyak 25 kali hingga jarum penunjuk tekanan mendekati angka 55psi;
o.      Semprotkan terus hingga larutan pestisida dalam tabung habis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum penyemprotan berlangsung:
a.       Membuat rencana kerja penyemprotan;
b.      Mengirimkan rencana penyemprotan kepada kepala desa minimal 3 hari sebelum penyemprotan;
c.       Memberikan jadwal penyemprotan kepada pemilik rumah sekaligus mengadakan penyuluhan;
d.      Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam melaksanakan penyemprotan;
e.       Alat tulis menulis termasuk formulir-formulis pelaporan
Hal-hal yang peru diperhatikan pada hari penyemprotan adalah:
a.        Minta bantuan pemilik rumah untuk menutup makanan atau minuman bila perlu supaya dikeluarkan saja;
b.      Perabot rumah tangga seperti kasur, bantal, selimut dan pakaian-pakaian yang bergelantungan supaya dikeluarkan dulu. Demikian pula bila ada burung, aquarium dan lain-lain;
c.       Bila akan menyemprot kandang, terlebih dahulu binatangnya harus dikeluarkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama penyemprotan berlangsung:
a.       Semprot permukaan dinding searah dengan jarum jam dimulai dari pintu masuk;
b.      Tutuplah pintu dan jendela ruangan yang sedang disemprot tapi bukalah jendela
dan pintu lain agar penyemprot tidak bekerja di ruang tertutup.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sesudah penyemprotan:
a.       Beritahukan kepada pemilik rumah agar racun serangga yang menempel di dinding tidak dihapus;
b.      Kaca-kaca dan lantai yang terkena racun serangga boleh dibersihkan dan racun serangga hasil pembersihan harus ditanam;
c.       Supaya diberitahukan kepada pemilik rumah agar selama enam bulan berikutnya jangan dulu mengapur dinding;
d.      Spraycan dan peralatan lainnya supaya dibersihkan. Hati-hati membuang air bekas membersihkan spray can dan alat-alat lainnya jangan sampai mencemari kolam ikan dan sumber air penduduk;
e.       Penghuni rumah baru boleh masuk ke dalam rumah satu jam setelah penyemprotan selesai;
f.       Bila ada serangga yang mati setelah penyemprotan agar disapu dan dikumpulkan kemudian dikubur.
Adapun syarat-syarat penyemprotan sebagai berikut:
a.       Cakupan Bangunan Yang Disemprot (Coverage)
Rumah atau bangunan dalam daerah tersebut harus diusahakan agar semuanya disemprot. Yang dimaksud rumah/bangunan disini adalah tempat tinggal yang digunakan malam hari untuk tidur termasuk saung untuk menunggu sawah/ladang, kandang hewan dan tempat-tempat umum yang digunakan malam hari.
b.      Cakupan Permukaan Yang Disemprot (Completeness)
Yang dimaksud cakupan permukaan yang disemprot adalah semua permukaan baik dinding, jendela, pintu, almari, dsbg.
Misalnya:
-          Bila tinggi dinding < 3 meter, seluruhnya disemprot;
-          Bila tinggi dinding > 3 meter, maka yang disemprot hanya setinggi 3 meter;
-          Pintu dan jendela yang membuka kedalam kedua permukaan harus disemprot, bila membukanya keluar yang disemprot hanya bagian dalam saja;
-          Perabot dalam rumah seperti meja, tempat tidur dan kursi harus disemprot bawahnya, sedangkan lemari disemprot bagian belakang dan bawahnya.
-          Rumah panggung yang tinggi dari permukaan tanahnya lebih dari 1 meter dan ada ruang dibawahnya maka bagian bawah tersebut harus disemprot.
c.       Teras pada rumah/bangunan yang biasa dipakai bersantai pada malam hari juga harus disemprot.
d.      Bagian atap yang menonjol dikanan dan kiri rumah, kadang-kadang juga dibagian belakang yang tingginya kurang dari 3 meter harus disemprot pula.
Adapun pemenuhan dosis bahan kimia yang digunakan adalah:
a.       Bendiocarb (Ficam) 80 WP dosis 0,2 g/m2 , atau berkisar 0,18 – 0,22 g/m2
b.      Lamdasihalotrin (Icon) 80 WP dosis 0,025 g/m2, atau berkisar 0,0225-0,0275 g/m2
c.       Deltametrin (K-Othrine) 5 WP dosis 0,2 g/m2, atau berkisar 0,18-0,22 g/m2
d.      Etofenproks (Vectron) 20 WP dosis 0,1 g/m2, atau berkisar 0,09-0,11 g/m2

D.                Simpulan
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Vektor dari penyakit ini adalah nyamuk Anopheles sp.
Untuk mencegah terjadinya peningkatan angka morbiditas terhadap penyakit tersebut maka perlu dilakukannya upaya pengendalian pada vektor tersebut. Salah satu pengendalian yang biasa digunakan adalah Spraycan.
Spraycan atau Hand Sprayer merupakan alat semprot larutan insektisida pengendali vektor nyamuk Anophles penyebab penyakit Malaria. Pengaplikasian Spraycan digunakan pada permukaan dinding, baik dinding yang terbuat dari bata, anyaman bambu, kayu/triplek, maupun bahan dasar lainnya.
Sebelum menggunakan Spraycan, hendaknya perlu dilakukan kalibrasi pada alat tersebut guna mencegah kerusakan pada saat pemakaian berlangsung. Bahan kimia yang biasa digunakan adalah pestisida yang nantinya akan dilarutkan dengan air sebanyak 8,5 liter.

E.                 Saran
Melakukan penyemprotan hendaknya menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan, selain itu menggunakan formulasi atau takaran yang sesuai dan efektif untuk vektor Anopheles sp. Untuk masyarakat hendaknya perlu memperhatikan kebersihan lingkungan tempat singgahnya guna mencegah terjadinya penyebaran vektor nyamuk penyebab penyakit malaria dan menggunakan lotion anti nyamuk dimanapun berada.




DAFTAR PUSTAKA

Arsin. Andi Arsunan. 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Masagena Press. Makassar.
Harijanto, P.N. 2000. Malaria. EGC. Jakarta.
Kementerian Kesehatan. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Jendela
Data dan Informasi Kesehatan volume 1. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar