LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGANTAR
VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT
“PENGENDALIAN
VEKTOR PENYAKIT DBD
DENGAN
FOGGING (PENGASAPAN)”
Disusun Oleh:
Arfiyanti Diah Witjaksani
J410140094
Kesmas 3C/Shift D
(Mengikuti Shift E)
Pengampu:
Sri Darnoto, SKM.,M.Kes.
PROGRAM
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
A.
Latar
Belakang
Keberadaan nyamuk dalam kehidupan sehari-hari sangat
dekat dengan manusia. Nyamuk tinggal dan berkembang biak disekitar lingkungan
hidup manusia, dekat penampungan air, dibawah daun, baju yang tergantung, dalam
botol bekas, pot bunga, saluran air dan lain lain. Secara umum nyamuk dikenal
dalam tiga kelompok: Aedes, Culex, Anopheles. Nyamuk sebagai penyebab demam
berdarah dan juga malaria, oleh karena itu harus ada upaya yang dibutuhkan
untuk mencegah penyakit tersebut.
Kemerebakan
kasus demam berdarah dengue (DBD) menggugah minat masyarakat untuk melindungi
diri dan memerangi penyakit tersebut, karena takut terhadap akibatnya yang
fatal.
Metode yang digunakan
dalam pengendalian nyamuk adalah dengan memutus sirkulasi hidup nyamuk, dengan
membasmi nyamuk dewasa dan menghambat perkembangan larva menjadi nyamuk. Teknis
pengendalian yang dilakukan meliputi fogging mesin (pengasapan), spraying
(penyemprotan), mist blower, ultra light fogger (Pengkabutan) dan abatesasi
(penaburan bubuk abate).
1. Fogging
(Pengasapan)
Fogging (pengasapan) adalah salah satu
teknis pengendalian nyamuk yang dilakukan diluar ruangan. Alat yang digunakan
adalah mesin fogging (Termal Fogger). Target dari cara pengendalian ini adalah
nyamuk dewasa yang berada diluar gedung. Area yang biasa dilakukan pengasapan
antara lain Garbage Area (tempat sampah), drainage (STP), pengasapan tebal pada
seluruh jalur got (drainage) yang tertutup treatment dengan insektisida khusus
termal fogger.
2. Spraying
(Penyemprotan).
Spraying atau penyemprotan adalah salah
satu cara pengendalaian nyamuk dengan menggunakan alat semprot berupa knapsack
sprayer atau hand sprayer dan mist blower dengan sasarn nyamuk dewasa, cara ini
dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Treatment dilakukan pada semua tempat
yang menjadi persembunyian nyamuk dan kecoa. Bagian bawah/sela (counter, dipan,
meja, lemari, rak file), ruangan yang terbuka (office, lobby, corridor), dan public
area lainnya.
3. Ultra
Light Fogger (Pengkabutan)
Pengkabutan dilakukan khusus dilakukan
didalm ruangan dengan menggunakan peralatan yang disebut ULV. Sasaran dari
penggunaan alat ini adalah untuk membasmi nyamuk dewasa yang terdapat di dalam
ruangan. Dengan menggunakan alat gendong (mist blower) pengkabutan juga dapat
dilakukan di area taman (pohon dan semak) sekitar gedung untuk membasmi nyamuk
jantan dan hama tanaman.
4. Abateisasi
(penaburan abate)
Penaburan bubuk abate biasanya
dilakukan di area genangan air, seperti got, bak penampungan air, kolam ikan,
dll. Sedangkan pengertian dari Mist Blower sendiri adalah alat untuk
mengaplikaskan partikel larutan pestisida dengan pengkabutan untuk
mengendalikan lalat, nyamuk. Lebih efektif
dari pengasapan (fogging) karena memiliki efek residual. Lalu pengertian dari
Fogger adalah alat untuk penyemprotan pestisida dengan campuran minyak solar
dalam bentuk asap/kabut (fogging).
Fogging (pengasapan) secara swadaya marak di mana-mana. Namun bila hal ini
tidak dikendalikan bisa memicu ledakan masalah pada masa datang karena umumnya
dikerjakan tanpa dilandasi pengetahuan yang benar. Permintaan fogging swadaya
meningkat di berbagai tempat yang endemis DBD. Tingginya morbiditas penyakit
itu memaksa masyarakat bertindak: memberantas nyamuk Aedes aegypti sebagai
serangga yang menularkannya.
Fogging atau pengasapan merupakan salah satu kebijakan
yang ditetapkan pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan yang bertujuan
menekan angka kejadian DBD (Demam Berdarah Dengue) di beberapa daerah-daerah di
seluruh Indonesia. Pengasapan atau fogging yang dimaksud bertujuan untuk
menyebarkan pestisida ke udara/lingkungan melalui asap, yang diharapkan dapat
membunuh nyamuk dewasa (yang infektif),
sehingga rantai penularan DBD bisa diputuskan dan populasinya secara
keseluruhan akan menurun. Pengasapan dalam rangka pengendalian nyamuk vektor DBD, lazimnya digunakan fog machine atau fog generator dengan spesifikasi dan
tertentu.
Mahalnya
biaya perawatan penderita DBD di rumah sakit serta kecemasan terjadinya akibat
fatal, membuat masyarakat rela berkorban biaya yang lebih kecil, serta
bergotong-royong membeli insektisida, menyewa perangkat dan operator fogging.
Di balik sisi positifnya, sindroma fogging secara swadaya menggoreskan
keprihatinan akan bahaya besar yang mengancam masyarakat di kelak kemudian
hari, akibat aplikasinya tidak sesuai ketentuan. Kekeliruan yang banyak terjadi
adalah dosis insektisida, waktu, dan cara pelaksanaan yang tidak mengikuti
kaidah yang benar. Dosis yang digunakan di bawah standar. Seharusnya, dosis
malathion 10 liter per hektare luas wilayah sasaran, namun kenyataan di
lapangan hanya setengah atau sepertiganya. Lebih tidak rasional lagi, dalam
campuran tersebut ditambahkan insektisida komersial berwujud cair (untuk rumah
tangga) merek tertentu, yang dapat dibeli dari minimarket. Dosis yang tidak
standar ini tidak efektif membunuh nyamuk, bahkan jika paparan seperti ini
berulang di daerah tersebut dapat.
B.
Tujuan
1. Mengetahui cara
penggunaan dari mesin fog (Swingfogg)
2. Mampu
mengoperasionalkan mesin fog (Swingfogg) dengan baik dan benar
C.
Cara Kerja
Alat dan Bahan
·
Fog machine dan kelengkapannya
·
Jerican plastik vol 20 liter
·
Jerican plastik vol 5 liter
·
Alat penakar 1 liter
·
Ember plastik
·
Corong bersaring
·
Alat pelindung diri
·
Alat tulis
·
Metran hygrometer
·
Anemometer
·
Pestisida cair (Malathion 96%)
·
Bahan pelarut (Solar)
·
Bahan bakar (Bensin)
·
Batu bateray (4 buah)
·
Serbet/tissue
·
Sabun cuci
·
Pewarna minyak
· Kertas
saring wathman
Prosedur Kerja
·
Tahap Persiapan
a. Tentukan
lokasi untuk pengasapan dan ukur lokasi tersebut
b. Siapkan
Swingfogg
c. Siapkan
bahan bakar bensin
d. Siapkan
larutan malation/sinop
e. Siapkan
solar
f. Siapkan
masker
g. Periksa
busi dan siapkan busi yang baru minimal 2 buah untuk 1 mesin
h. Siapkan
bateray 4 buah untuk 1 buah mesin
i.
Campurkan larutan
malation/sinop dengan solar dengan perbandingan 20:1 artinya 1 liter
malation/sinop dengan 20 liter solar
j.
Perhatikan arah mata angin
· Proses Pengasapan
a. Masukan
4 buah bateray ke tempat di bagian bawah mesin
b. Masukan
bahan bakar bensin
c. Masukan
campuran larutan ke dalam tangki larutan
d. Periksalah
kondisi busi kalau mesin yang memakai busi
e. Pompa
tuas hitam sebanyak 10 kali s/d 15 kali dan biarkan mesin dalam keadaan off
(mati) jangan buka gas
f. Setelah
itu baru buka gasnya sampai agar besar baru di tekan tombol orange sampai mesin
hidup
g. Perhatikan
arah mata angin lalu lakukan pengasapan searah dengan arah mata angin dalam
pengertiannya bahwa kalau arah mata angin menujuh timur berarti kepada
nozzlenya menghadap kearah timur lalu lakukan pengasapan mulai dari paling
belakang sampai ke depan
h. Lakukan
pengasapan berulang sampai ke bagian paling depan dengan aturan jangan lupa
memakai masker
i.
Setelah selesai
pengasapan mesin di matikan dengan cara menutup gas lalu buka tangkai larutan
dan tangki bahan bakar dan biarkan sampai mesin dingin baru di angkat dan di
kalibrasi lagi setelah itu di simpan di tempat yang aman.
Membuat Solusi (Larutan Pestisida)
Takar pestisida yang telah dilarutkan sesuai dengan konsentrasi dan volume
larutan yang diinginkan dengan rumus:
SA
Q = ---------- dan P
= A - Q
C
Q: Volume
pestisida murni (konsentrasi tinggi)
S: Konsentrasi
larutan
A: Volume
larutan
C: Konsentrasi
pestisida
P: Volume
pelarut
Ket. BJ diabaikan
Campurkan pestisida dan bahan pelarutnya pada jerigen dan
kocok hingga larut merata.
D.
Hasil dan
Pembahasan
Praktikum yang kami lakukan pada hari dan tanggal
Jum’at, 13 November 2015, bertempat di lapangan bola Pabelan-Kartasura.
Berdasarkan hasil yang didapatkan usai praktikum, bahan dan
perlengkapan yang dipakai buat praktek
tidak sesuai dengan teori yang praktikan dapatkan, ini dikarenakan alat dan
bahan praktek sangat minim dan terbatas. Alat dan bahan yang kita pakai pada
saat itu adalah:
· Mesin puls
fog 2 buah
· Malation
dan solar yang telah tercampur di dalam jerigen
Setelah semua disiapkan dan diberi pengarahan yang sesuai dengan buku
pedoman praktek foging terlebih dahulu oleh dosen pembimbing, maka mahasiswa
diminta untuk mencoba menghidupkan mesin puls fog, tidak semua mahasiswa
melakukan percobaan langsung, hanya beberapa orang yang mempraktekanya. Hal ini
disebabkan karena waktu dan alat terbatas maka tidak semua mahasiswa
mencobanya. Sangat disayangkan sekali dalam prakteknya pun kita hanya
mandapatkan teori bukan ketrampilan dalam teknisnya, yang juga kita dapatkan
dalam teks/buku pedoman praktek atau penjelasan secara deskriptif.
Dari hasil praktikum didapatkan bahwa Pengasapan atau fogging yang dimaksud
bertujuan untuk menyebarkan larutan pestisida ke udara/lingkungan melalui asap,
yang diharapkan dapat membunuh nyamuk dewasa (yang infektif), sehingga rantai
penularan DBD bisa diputuskan dan populasinya secara keseluruhan akan menurun.
Pengasapan dalam rangka pengendalian nyamuk vektor DBD, lazimnya digunakan fog
machine atau fog generator dengan spesifikasi dan persyaratan tertentu. Ada dua
jenis fog generator, yakni sistem panas misalnya Pulsfog, Swingfogg dan sistem
dingin yaitu, ULV ground sprayer (Kristiono, 2008).
Untuk
memperoleh hasil yang optimum dalam melakukan fogging, beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai berikut (Pengampu Mata Kuliah Praktikum Vektor, 2015):
ü Konsentrasi
larutan /solusi, dalam hal ini perlu diperhatikan tentang dosis;
ü Akhir (misal:
konsentrasi solusi untuk malation = 4-5 % dan dosis = 438 gr/ha) dan cara pembuatan
larutan;
ü Nozzle yang
dipakai harus sesuai dengan bahan pearut yang digunakan dan debit keluaran yang
diinginkan;
ü Jarak moncong mesin dengan
obyek/target (max. 100 m, efektif 50 m);
ü Kecepatan
dan posisi berjalan ketika mem-fog untuk swingfog ± 2-3 menit setiap 500m2 untuk
satu rumah berikut halamanya, sedangkan untuk ulv 6-8 km/jam;
ü Waktu foging
disesuaikan dengan kepadatan atau aktifitas puncak dari vektor yang bersangkutan. Biasanya
untuk AE jam 09.00-11.00;
ü Ulangan
(cycle), biasanya dengan interval seminggu;
ü Tenaga/operator,
untuk sistem panas 2 orang/mesin. Untuk sistem dingin 3 orang per-mesin.
Kegiatan fogging bukanlah satu-satunya cara untuk menurunkan kasus DBD,
karena dengan fogging yang mati hanya nyamuk dewasa. Selama jentiknya tidak
dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk baru yang menetas dari tempat
perkembangbiakannya. Oleh karena itu penanggulangan kasus DBD perlu dilakukan
secara terpadu terutama pemberantasan jentiknya dengan PSN. Antara lain
kebijakan pemerintah melalui program 3M Plus, yaitu menguras bak penampungan
air, mengubur barang bekas, dan menutup bak penampungan air, serta plusnya
yaitu menaburkan bubuk abate dan melakukan upaya-upaya lain sebagai langkah
pencegahan berkembang biaknya vektor penyakit (Wardana, 2012).
Foging merupakan alat yang digunakan untuk
pengendalian persebaran nyamuk. Foging memiliki bagian-bagian seperti tempat
untuk larutan insektisida, mesin atau diesel, tempat untuk bahan bakar, bagian
untuk menyemprot (Muhammad, 2012).
Dalam melakukan foging, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah waktu ketika melakukan foging, dosis/takaran insektisida yang digunakan,
dan lokasi foging. Waktu yang tepat ketika melakukan foging adalah pada pagi
hari ketika angin belum terlalu kencang berhembus, matahari belum terlalu
tinggi karena dapat mempercepat penguapan insektisida ke awan dan tidak dapat
tepat sasaran.
Foging dilakukan ketika adanya kasus wabah yang
terjadi di suatu wilayah akibat nyamuk Aedes atau Anopheles seperti DBD dan
Malaria dan atau wilayah yang dekat dengan wilayah endemis Malaria/DBD dan
berpotensi terjadinya wabah. Pada umumnya, foging dilakukan oleh petugas dari
Dinas Kesehatan atau petugas puskesmas daerah setempat. Teknik atau cara ketika
melakukan foging adalah dengan meletakkan foging di bahu dan berjalan mundur menjauhi
arah asap/ fog yang keluar dari machine fog.
E.
Simpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang didapat, fogging atau pengasapan merupakan salah satu
kebijakan yang ditetapkan pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan yang
bertujuan menekan angka kejadian DBD (Demam Berdarah Dengue) slst yang digunakan
di dalam pengasapan adalah Swingfogg alat ini terdiri dari 2 buah bateray yang
di gunakan dalam 1 buah mesin dan 2 buah busi baru yang di gunakan untuk 1
mesin dan perhatikanlah arah mata angin pada saat melakukan pengasapan searah
dengan mata angin. Dalam proses pencampuran malation dalam satu buah swingfogg
adalah Campurkan larutan malation/sinop dengan solar dengan perbandingan 20:1
artinya 1 liter malation/sinop dengan 20 liter solar, dan waktu yang efektif
didalam melakukan foging adalah dari pukul 07:00-10.00.
F.
Saran
Pelaksanaan fogging hendaknya dilakukan pagi hari
dimana waktu pagi hari merupakan waktu aktif bagi nyamuk dewasa Aedes Aegypti
(nyamuk penyebab penyakit DBD). Mahasiswa kesehatan masyarakat yang nantinya
hendak mengambil peminatan kesehatan lingkungan harus mampu mengoperasionalkan
mesin fogging, guna menekan morbiditas penyakit DBD, dan diharapkan masyarakat
juga mampu membantu proses penekanan morbiditas tersebut dengan melakukan aksi
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan melakukan 3M Plus, yaitu
menguras bak penampungan air, mengubur barang bekas, dan menutup bak
penampungan air, serta plusnya yaitu menaburkan bubuk abate dan melakukan
upaya-upaya lain sebagai langkah pencegahan berkembang biaknya vektor penyakit.
DAFTAR
PUSTAKA
Gusti,
Muhammad. 2012. Swing Fog. (Online, http://gusti-muhammadh.blogspot.com/2012/05/swingfog.html).
Diakses tanggal 13 November 2015.
Kristiono.
2008. Pengasapan Nyamuk. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Pengampu
Mata Kuliah. 2015. Modul Praktikum
Pengendalian Vektor dan Reservoir Penyakit. Surakarta: Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wardana. 2012. Laporan Praktikum Fogging Pengasapan/Swingfogg. (Online, http://wardana-sl.blogspot.co.id/2012/07/laporan-praktikum-foging-pengasapan.html).
Diakses tanggal 13 November 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar