Jumat, 18 Desember 2015

ESSAI KEKURANGAN VITAMIN A (KVA)



ESSAI
KVA (KEKURANGAN VITAMIN A)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat


Dosen Pengampu : Ibu Kartika







Disusun Oleh:
Anggi Putri Aria Gita                                               J410140088
Arfiyanti Diah Witjaksani                                        J410140094
Annisa Mayra Natammi                                           J410140095
Ambar Sulistyaning                                                  J410140124





PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan; kurangnya persediaan pangan; kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi); kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan; dan adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya, masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktivitas fisik (Sunita, 2009:305).
Keberhasilan pemerintah dalam peningkatan produksi pangan dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I) disertai dengan perbaikan distribusi pangan, perbaikan ekonomi, dan peningkatan daya beli masyarakat telah banyak memperbaiki keadaan gizi masyarakat. Namun, empat masalah gizi kurang yang dikenal sejak Pelita I, hingga sekarang masih ada walaupun dalam taraf jauh berkurang (Sunita, 2009:307).
Empat masalah gizi kurang yang masih terjadi di Indonesia antara lain Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), dan Kurang Vitamin A (KVA).
Kurang Vitamin A (KVA) di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama. Meskipun KVA tingkat berat (xeropthalmia) sudah jarang ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis,  yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Hal tersebut yang melatarbelakangi tersusunnya essai ini, sekligus memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat.
B.                 Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Vitamin dan Vitamin A?
2.      Apa saja manfaat dan fungsi dari Vitamin A?
3.      Apakah yang dimaksud dengan KVA?
4.      Apakah penyebab terjadinya KVA?
5.      Apakah akibat dari KVA?
6.      Bagaimanakah cara pencegahan dan penanggulangan KVA?
7.      Bagaimanakah hasil analisa kasus-kasus mengenai KVA yang diambil dari berbagai jurnal?
C.                Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dari Vitamin dan Vitamin A
2.      Mengetahui manfaat dan fungsi Vitamin A
3.      Mengetahui yang dimaksud dengan KVA
4.      Mengetahui penyebab terjadinya KVA
5.      Mengetahui akibat dari KVA
6.      Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan KVA
7.      Mengetahui hasil analisa kasus-kasus mengenai KVA yang diambil dari berbagai jurnal
BAB II
PEMBAHASAN

A.                Definisi Vitamin dan Vitamin A
Vitamin adalah senyawa organik yang digunakan untuk mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan tubuh (Aziz, 2008:44).
Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunya tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Sunita, 2009:151).
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol (Sunita, 2009:153).
Vitamin A, atau retinol adalah suatu subtansi yang larut dalam lemak dan terdapat pada hati (terutama hati ikan) dan pada kuning telur juga pada produk susu (Alfred, 2005:3).
B.                 Manfaat dan Fungsi Vitamin A
Menurut Penniston (2006) manfaat vitamin A dalam bukunya yang berjudul The acute and chronic toxic effects of vitamin A, “Vitamin A does much more than help you see in the dark. It stimulates the production and activity of white blood cells, takes part in remodeling bone, helps maintain the health of endothelial cells (those lining the body’s interior surfaces), and regulates cell growth and division. This latter role had researchers exploring for years the relationship between vitamin A and cancer. Specifically, researchers looked at whether people could reduce their cancer risk by taking supplements of beta-carotene, one of several precursor compounds that the body can transform into vitamin A, or by taking the active form of vitamin A (also called retinol or preformed vitamin A). Several studies and randomized trials have dashed this hypothesis”
Vitamin A tidak hanya membantu Anda melihat dalam gelap. Ini merangsang produksi dan aktivitas sel-sel darah putih, mengambil bagian dalam renovasi tulang, membantu menjaga kesehatan sel-sel endotel (lapisan permukaan interior tubuh), dan mengatur pertumbuhan dan pembelahan sel. Peran yang terakhir ini membuat peneliti mengeksplorasi selama bertahun-tahun hubungan antara vitamin A dan kanker. Secara khusus, peneliti melihat apakah orang bisa mengurangi risiko kanker mereka dengan mengambil suplemen beta-karoten, salah satu dari beberapa senyawa prekursor bahwa tubuh dapat berubah menjadi vitamin A, atau dengan mengambil bentuk aktif dari vitamin A (juga disebut retinol atau preformed vitamin). Beberapa penelitian dan percobaan acak telah mengarah ke hipotesis ini.
Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut dalam lemak, vitamin A membangun sel-sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga dan melindungi mata, menjaga tubuh dari infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang dan gigi. Fungsi lain yang dimiliki oleh vitamin A antara lain, berperan dalam fungsi kekebalan, perkembangan jantung, perkembangan ginjal dan saluran kencing, diafragma, paru dan saluran nafas atas serta aliran udara. Karena fungsi tersebut, vitamin A sangat bagus dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

C.                Definisi Kurang Vitamin A (KVA)
Menurut Arisman (2005), Kurang Vitamin A (KVA) merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh dan menghasilkan metaplasi keratinasi pada epitel, saluran nafas, saluran kencing dan saluran cerna. Penyakit Kurang Vitamin A (KVA) tersebar luas dan merupakan penyebab gangguan gizi yang sangat penting. Prevalensi KVA terdapat pada anak-anak dibawah usia lima tahun. KVA merupakan penyebab utama kebutaan pada anak.
D.                Penyebab Terjadinya Kurang Vitamin A (KVA)
Penyebab terjadinya defisiensi vitamin A bisa sangat kompleks, dan tergantung pada jenis vitamin dan provitamin (terutama β-karoten) yang dicerna, juga dan tergantung pada penyerapan, pengangkutan dan kapasitas penyimpanan dan kebutuhan metabolik individu (Alfred, 2005:15).
Pada umumnya defisiensi vitamin A yang penting secara klinis yang menyebabkan peningkatan mortalitas atau kebutaan adalah terutama merupakan penyakit anak-anak kecil, kebanyakan dari mereka berasal dari masyarakat pedesaan yang miskin dan perkampungan kumuh di kota. Anak usia sekolah yang lebih besar dapat menderita defisiensi yang lebih ringan dan akibat yang lebih sedikit.
Arisman (2005) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena menurunnya cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata. Vitamin A diperlukan retina mata untuk pembentukan rodopsin dan pemeliharaan diferensiasi jaringan epitel. Gangguan gizi kurang vitamin A dijumpai pada anak-anak yang terkait dengan: kemiskinan, pendidikan rendah, kurangnya asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A (karoten), bayi tidak diberi kolostrum dan disapih lebih awal, pemberian makanan artifisial yang kurang vitamin A. Pada anak yang mengalami kekurangan energi dan protein, kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya asupan vitamin A itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang terganggu.
E.                 Akibat Kekurangan Vitamin A
Kekurangan (defisiensi) vitamin A terutama terdapat pada anak-anak balita. Tanda-tanda kekurangan terlihat bila simpanan tubuh habis terpakai. Kekurangan vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, ataupun gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, alfa, beta-lipoproteinemia, atau gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu.
Kekurangan vitamin A banyak terdapat di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, karena makanan kaya vitamin A pada umumnya mahal harganya.
1.      Perubahan pada Mata
Gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO sebagai berikut :
Ø Buta Senja = XN
Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina. Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada di cahaya yang terang. Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tidak dapat melihat lingkungan yang kurang cahaya.

Ø Xerosis Konjunctiva = XI A
Selaput lendir mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.
Ø Xerosis Konjunctiva dan Bercak Bitot = XI B
Gejala XI B adalah tanda-tanda XI A ditambah dengan bercak bitot, yaitu bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama celah mata sisi luar. Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai penentuan prevalensi kurang vitamin A pada masyarakat. Dalam keadaan berat tanda-tanda pada XI B adalah, tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjunctiva, konjunctiva tampak menebal, berlipat dan berkerut.
Ø Xerosis Kornea = X2
Kekeringan pada konjunctiva berlanjut sampai kornea, kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.
Ø Keratomalasia dan Ulcus Kornea = X3 A ; X3 B
Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea.Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan prolaps jaringan isi bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang cepat memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus melalui tahap-tahap awal xeroftalmia.
Ø Xeroftalmia Scar (XS)
Jaringan parut kornea. Kornea tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.
Ø Xeroftalmia Fundus (XF)
Tampak seperti cendol
XN, XI A, XI B, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati karena dalam beberapa hari bisa menjadi keratomalasia. X3A dan X3 B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi pada kornea cukup luas sehingga menutupi seluruh kornea.Prinsip dasar untuk mencegah xeroftalmia adalah memenuhi kebutuhan vitamin A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi. Selain itu perlu memperhatikan kesehatan secara umum.
2.      Infeksi
Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan vitamin A, sehingga mudah terserang infeksi. Disamping itu lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme atau bakteri atau virus dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi pada permukaan dinding usus akan menyebabkan diare. Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantong kemih, serta vagina. Perubahan ini dapat pula menigkatkan endapan kalsium yang dapat menyebabkan batu ginjal dan gangguan kantung kemih. Kekurangan vitamin A pada anak-anak disamping itu dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat menyebabkan kematian. Vitamin A dinamakan juga vitamin anti-infeksi.

3.      Perubahan pada Kulit
Kulit menjadi kering dan kasar. Folikel rambut menjadi kasar, meneras dan mengalami keratinisasi yang dinamakan hiperkeratosis folikular. Mula-mula terkena lengan dan paha kemudian dapat menyebar ke seluruh tubuh. Asam retinoat sering diusapkan ke kulit untuk menghilangkan kerutan kulit, jerawat, dan kelainan kulit lain.
4.      Gangguan Pertumbuhan
Kekurangan vitamin A menghambat pertumbuhan sel-sel, termasuk sel-sel tulang. Fungsi sel-sel yang membentuk email pada gigi terganggu dan terjadi atrofi sel-sel yang membentuk dentin, sehingga gigi mudah rusak.
5.      Lain-lain
Perubahan lain yang dapat terjadi adalah keratinisasi sel-sel rasa pada lidah yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan, dan anemia (Sunita, 2009:163-166).
F.                 Pencegahan dan Penanggulangan Kekurangan Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare, dan penyakit infeksi lain) (Depkes RI, 2009).
Adapun Pencegahan untuk mengurangi kasus terjadinya Kurang Vitamin A (KVA) yaitu upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dini kepada calon ibu hamil dan menyusui, karena ibu hamil dan bakal anak cenderung lebih mudah terkena kasus dari KVA, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk memberikan vitamin A setelah sang ibu melahirkan. Namun disadari, kepatuhan individu terhadap apa yang didapat dari upaya preventif tim kesehatan masih sangatlah minim. Oleh karenanya, fokus dari penanggulangan KVA masih bertumpu pada pemberian dosis tinggi dari vitamin A.
Sasaran program penanggulangan kekurangan Vitamin A adalah anak-anak pra-sekolah di sejumlah propinsi yang diidentifikasi sebagai daearah rawan kekurangan Vitamin A. Untuk mencapai sasaran tersebut maka dilakukan pembagian kapsul Vitamin A dosis tinggi setiap enam bulan sekali melalui kegiatan UPGK, UPGK Intensif, Puskesmas dan saluran distribusi khusus. Selain itu ditingkatkan pula konsumsi makanan yang kaya Vitamin A melalui pendidikan gizi yang intensif dan pemanfaatan pekarangan rumah tangga dan desa (Suhardjo, 2005:80).
Ada 3 macam cara intervensi defisiensi vitamin A:
1.    Pemberian vitamin A dosis tinggi (200.000 S.I. dengan atau tanpa 40 S.I. vitamin E) secara oral dua kali tiap tahunnya. Harga kapsel relatif murah akan tetapi biaya operasionilnya mahal dan memerlukan partisipasi rakyat yang luas.
2.    Meningkatkan konsumsi vitamin A/provitamin A. Hal ini akan berhasil baik, jika disertai juga pendidikan gizi dan kesehatan, penyuluhan pertanian, serta peningkatan keadaan sosial-ekonominya.
3.    Fortifikasi vitamin A dalam bahan makanan yang dipakai sehari-hari. Filipina memakai MSG, Guatemala memakai gula, sedangkan Husaini telah mencobanya dengan garam di daerah Bogor dengan hasil yang cukup memuaskan (Pudjiadi, 2005:164).
Tujuan pemberian vitamin A tidak saja untuk mengobati defisiensi vitamin A akan tetapi juga untuk mempertinggi persediaan vitamin A dalam hepar. Preparat vitamin A yang dianjurkan pada pengobatan maupun prevensi, ialah:
1.    Untuk secara oral: oil-based solution retinol palmiat atau asetat, sebagai kapsel atau cairan, dengan atau tanpa tambahan vitamin E.
2.    Untuk secara intra-muskulus: water miscible retinol palmiat.
Penderita gizi-kurang dengan kelainan mata yang dapat diduga disebabkan oleh infeksi akan tetapi tidak sembuh dengan pemberian antibiotika atau yang sedang menderita penyakit campak seyogyanya diberi vitamin A disamping zat-zat gizi lain (Pudjiadi, 2005:163).
G.                Hasil Analisa Kasus-Kasus Mengenai KVA yang Diambil dari Berbagai Jurnal
Kelompok kami menganalisis jurnal Karya Idrus Jus’at dkk. Jurnal tersebut berjudul “HUBUNGAN KEKURANGAN VITAMIN A DENGAN ANEMIA PADA ANAK USIA SEKOLAH”.
Anemia, terutama anemia defisiensi besi, masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Prevalensi anemia masih tinggi pada kelompok risiko tinggi yaitu ibu hamil, menyusui, balita,dan anak usia sekolah. Selain kekurangan zat besi dalam konsumsi makanan dan  penyakit infeksi, berbagai faktor mempunyai kontribusi relative terhadap anemia. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi relatif status retinol terhadap anemia pada anak usia sekolah. Penelitian dilakukan di Tasikmalaya dan Ciamis pada 173 anak umur 5-9 tahun dari keluarga miskin. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia 14,5 persen, prevalensi kurang vitamin A (KVA) 10,9 persen. Konsumsi energi, protein, zat besi, vitamin C, vitamin B folat, dan Seng masih di bawah AKG (2004). Setelah dikontrol dengan asupan energi, protein, dan vitamin B anak yang menderita KVA memiliki odds ratio 3,33 kali untuk menjadi anemia (p=0.063, 95%, CI 0,93-11.84) dibandingkan anak yang tidak KVA.
Meskipun dinyatakan telah bebas dari Xeropthalmia,Indonesia masih menghadapi masalah Kurang Vitamin A (KVA), terutama diantara kelompok yang rentan seperti anak balita dan ibu hamil. Berdasarkan indikator subklinis KVA, sekitar 50% anak balita menderita KVA. Hal ini menjadi sangat penting bagi perkembangan kualitas sumber daya anak-anak karena situasi status vitamin A yang marginal pada usia sangat dini akan meningkatkan berbagai risiko kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan pada usia selanjutnya. Kurang vitamin A akan mempengaruhi berbagai fungsi penting tubuh, antara lain sistem imunitas, penglihatan, sistem reproduksi dan pembelahan sel, sehingga dapat diperkirakan risiko terhadap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dari seorang anak.
Menindaklanjuti pernyataan tersebut, kelompok kami menganalisis sebuah jurnal karya Endang Achadi, dkk. Jurnal berjudul “EFEKTIVITAS PROGRAM FORTIFIKASI MINYAK GORENG DENGAN VITAMIN A TERHADAP STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DI KOTA MAKASAR”.
Di Indonesia, kekurangan Vitamin A masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting seperti terlihat pada balita penderita vitamin A defisiensi subklinis yang tinggi (50%).  Hal tersebut akan berpengaruh terhadap berbagai fungsi tubuh yang antara lain meliputi sistem imun, penglihatan, sistem reproduksi dan diferensiasi sel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi konsumsi minyak yang diperkaya vitamin A dalam memperbaiki status vitamin A dan hemoglobin balita. Penelitian dengan disain studi intervensi Before-After ini dilaksanakan pada anak sehat berusia 7-10  tahun yang diberi obat cacing sebelum intervensi dilakukan.  Pengukuran serum retinol dan hemoglobin dilakukan sebelum dan  3 bulan setelah intervensi . Minyak yang difortifikasi vitamin A telah disediakan di warung/ toko di sekitar tempat  tinggal  responden.  Untuk meningkatkan demand, penelitian ini dilengkapi dengan pendekatan pemasaran sosial  yang dilakukan pihak lain. Secara umum tidak terlihat perubahan status gizi, tetapi prevalensi anemia turun dari  21,8% menjadi 11,6%. Sementara, prevalens vitamin A defisiensi ditemukan  lebih rendah pada anak yang mengkonsumsi = 12 minggu (26,6%) daripada yang mengkonsumsi < 12 minggu (42%) . Hasil tersebut dapat dijadikan pertimbangan untuk merekomendasikan agar minyak difortifikasi vitamin A.






















BAB III
PENUTUP

A.                Simpulan
Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin A, atau retinol adalah suatu subtansi yang larut dalam lemak dan terdapat pada hati (terutama hati ikan) dan pada kuning telur juga pada produk susu.
Kurang Vitamin A (KVA) merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh dan menghasilkan metaplasi keratinasi pada epitel, saluran nafas, saluran kencing dan saluran cerna. KVA bisa timbul karena menurunnya cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata.
Kekurangan vitamin A terutama terdapat pada anak-anak balita. Tanda-tanda kekurangan terlihat bila simpanan tubuh habis terpakai. Kurang vitamin A mengakibatkan gangguan pada mata hingga menyebabkan kebutaan yang bersifat permanen, selain itu juga individu yang mengalami kurang vitamin A akan mudah terinfeksi suatu penyakit, gangguan pada pertumbuhan, perubahan kulit. Selain itu juga akan mengakibatkan anemia dan keratinisasi sel-sel rasa pada lidah yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
Pencegahan defisiensi vitamin A dapat dilakukan melalui proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dengan sasaran utamanya adalah ibu hamil dan menyusui, adapun penanggulangan kasus KVA yaitu memberikan dosis tinggi vitamin A, hal ini terjadi akibat kurang kepatuhannya sasaran dalam menerapkan apa yang didapat dari upaya preventif tim kesehatan. Untuk individu yang telah mengalami akibat dari defisiensi vitamin A, akan dilakukan pengobatan lanjut agar tidak terjadi keparahan.
B.                 Saran
Kurangnya mengonsumsi vitamin A terjadi karena minimnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatannya masing-masing. Untuk mencegah dan menanggulangi agar tidak terjadi peningkatan pada kasus Kurang Vitamin A (KVA), hendaknya masyarakat menjalankan pola hidup sehat dengan mengonsumsi berbagai sumber gizi yang berkecukupan tanpa berlebihan. Khususnya vitamin A. Dengan perilaku yang demikian, masyarakat diharapkan mampu membantu negaranya dengan mengurangi morbiditas penyakit akibat dari kekurangan vitamin A.









DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Arisman. 2005. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Endang Achadi. 2010. Efektivitas Program Fortifikasi Minyak Goreng Dengan Vitamin A Terhadap Status Gizi Anak Sekolah di Kota Makasar. Universitas Indonesia. Volume 4, No.6.
Idrus Jus’at dkk. 2013. Hubungan Kekurangan Vitamin A dengan Anemia pada Anak Usia           Sekolah. Universitas Esa Unggul. Volume 36, No.1.
Penniston KL, Tanumihardjo SA. 2006. The Acute And Chronic Toxic Effects Of Vitamin A. Am J Clin Nutr.
Pudjiadi, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sommer, Alfred. 2005. Defisiensi Vitamin A dan Akibatnya: Panduan Lapangan Untuk Deteksi dan Pengawasa. Jakarta: EGC.
Suhardjo. 2005. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar