Jumat, 18 Desember 2015

PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN LALAT



LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT
“PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN LALAT”




Disusun Oleh:
Arfiyanti Diah Witjaksani
J410140094
Kesmas 3C/Shift D




Pengampu:
Sri Darnoto, SKM.,M.Kes.






PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
A.                Latar Belakang
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropodborne disease atau sering disebut juga sebagai vectorborne disease. Penyakit ini merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan dapat menimbulkan bahaya kematian.
Vektor adalah jenis serangga dari filum Arthropoda yang dapat memindahkan/ menularkan suatu penyakit (infectiuous agent) dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (susceptible host). Binatang pengganggu dalam hal ini termasuk filum Chordata yang umumnya merupakan binatang mengerat yang dapat merusak tanaman, harta benda, makanan, dan yang lebih penting lagi dapat menjadi induk semang (host) bagi beberapa penyakit tertentu. Induk semang adalah suatu media yang paling baik untuk hidup dan berkembang biaknya bibit penyakit menular di dalam tubuh host tersebut kemudian setelah dewasa/matang akan menularkan kepada host lain melalui gigitan, sengatan, sekresi/kotoran dari host terinfeksi tersebut.
Arthropoda berarti kaki yang beruas-ruas/bersendi-sendi (arthron=sendi, poda=kaki). Dari filum Arthropoda tersebut salah satu yang menjadi vektor yaitu (Chandra, 2006) :
·      Lalat Rumah (Housefly)
Lalat rumah, Musca domestica, hidup disekitar tempat kediaman manusia di seluruh dunia. Seluruh lingkaran hidup berlangsung 10 sampai 14 hari, dan lalat dewasa hidup kira-kira satu bulan. Larvanya kadang-kadang menyebabkan myasis usus dan saluran kencing serta saluran kelamin.
Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen, protozoa serta telur dan larva cacing, Luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan. Dianggap sebagai vektor penyakit typhus abdominalis, salmonellosis, cholera, dysentery bacillary dan amoeba, tuberculosis, penyakit sampar, tularemia, anthrax, frambusia, conjunctivitis, demam undulans, trypanosomiasis dan penyakit spirochaeta.
·      Lalat Pasir (Sandfly)
Lalat pasir ialah vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi. Leishmania donovani, penyebab Kala azar; L. tropica, penyebab oriental sore; dan L. braziliensis, penyebab leishmaniasis Amerika, ditularkan oleh Phlebotomus. Demam papataci atau demam phlebotomus, penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terdapat di daerah Mediterania dan Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P. papatsii, yang menjadi infektif setelah masa perkembangan virus selama 7-10 hari. Bartonellosis juga terdapat di Amerika Selatan bagian Barat Laut sebagai demam akut penyakit Carrion dan sebagai keadaan kronis berupa granulema verrucosa. Basil penyebab adalah Bartonella bacilliformis, ditularkan oleh lalat pasir yang hidup di daerah pegunungan Andes.
·      Lalat Tsetse (Tsetse Flies)
Lalat tsetse adalah vektor penting penyakit trypanosomiasis pada manusia dan hewan peliharaan. Paling sedikit ada tujuh species sebagai vektor infeksi trypanosoma pada hewan peliharaan, species Trypanosoma rhodesiense yang menjadi, penyebab trypanosomiasis, adalah Glossina morsitans, G. swynnertoni, dan G. Pallidipes. Vektor utama .pada Penyakit Tidur (Sleeping Sickness) di Gambia adalah species G. palpalis fuscipes dan pada daerah - daerah tertentu adalah species G. tachhinoides.
·      Lalat Hitam (Blackflies)
Adalah vektor penyakit Oncheocerciasis di Afrika adalah species Simulium damnosum dan S. neavei dan di Amerika adalah S. metallicum, S. ochraceum dan S. callidum. Species lain mungkin adalah vektor yang tidak penting dan menularkan onchocerciasis pada ternak dan penyakit protozoa pada burung.
Adapun upaya-upaya terhadap pengendalian vektor lalat tersebut sebagai berikut:
1.      Pengendalian Lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera, mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat juga merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri, dan lain lain. Pada saat ini dijumpai ± 60.000 – 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat. Penularan penyakit dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti: bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya.
Dalam upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari upaya peningkatan kesehatan lingkungan salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit. Pengendalian vektor penyakit merupakan tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit, seperti lalat (Budiman dan Suyono, 2010). Dalam melakukan pengendalian perlu juga dilakukan pengukuran tingkat kepadatannya dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya pengendalian yaitu tentang kapan, dimana, dan bagaimana pengendalian akan dilakukan.
Adapun peralatan yang dipakai untuk mengukur dan menghitung kepadatan lalat, antara lain:
·         Dalam Bangunan        : Perangkap lalat ultraviolet, dan Sticky trap
·         Luar Bangunan           : Fly grill, Sticky trap, dan Perangkap umpan
2.      Pemberantasan Lalat
Pemberantasan lalat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.      Usaha pemberantasan lalat melalui tindakan penyehatan lingkungan
·         Menghilangkan tempat-tempat pembiakan lalat;
·         Melindungi makanan terhadap kontaminasi oleh lalat;
·         Pengangkutan/pembuangan sampah yang dilakukan setiap hari dengan cara yang memenuhi syarat;
·         Tempat penampungan sampah diberi alas yang kedap air, misalnya semen;
·         Adanya jamban/kakus yang tidak mudah dihinggapi lalat (tertutup).
b.      Membasmi larva lalat
c.       Pembasmian Lalat Dewasa
Untuk membasmi lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan udara:
·         Dalam rumah : penyemprotan dengan 0,1% pyrethrum dengan synergizing agents;
·         Diluar rumah : fogging dengan suspensi atau larutan dari 5% DDT, 2% lindane atau 5% malathion. Tetapi lalat bisa menjadi resisten terhadap insektisida. Disamping penyemprotan udara (space spraying) bisa juga dilakukan;
·         Residual spraying dengan organo phosphorus insecticides seperti : Diazinon 1%, Dibrom 1%, Dimethoote, malathion 5%, ronnel 1%, DDVP dan bayer L 13/59. Pada residual spraying dicampur gula untuk menarik lalat;
·         Khusus untuk perusahaan-perusahaan susu sapi dipakai untuk residual spraying diazinon, ronnel dan malathion menurut cara-cara yang sudah ditentukan. Harus diperhatikan supaya tidak terjadi kontaminasi makanan manusia, makanan sapi dan air minum untuk sapi, dan sapi-sapi tidak boleh disemprot;
·         Tali yang diresapi dengan insektisida (Inpregnated Cords) : Ini merupakan variasi dari residual spraying. Tali-tali yang sudah diresapi dengan DDT digantung vertikal dari langit-langit rumah, cukup tinggi supaya tidak tersentuh oleh kepala orang. Lalat suka sekali hinggap pada tali-tali ini untuk mengaso, terutama pada malam hari. Untuk ini dipakai:
o   Parathion: ini bisa tahan sampai 10 minggu
o   Diazinon: ini bisa tahan sampai 7 minggu
Karena parathion sangat rentan untuk manusia, hanya orang-orang yang berpengalaman dapat mengerjakannya dengan sangat hati-hati, dengan memakai sarung tangan dari kain atau karet. Jika kulit terkontaminasi dengan parathion maka bagian kulit yang terkena harus segara dibilas dengan air dan sabun (Khoirul, 2013).
Pembasmian dalam pengendalian vektor tidak mungkin dapat dilakukan sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi ke suatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia, tetapi seharusnya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang penting didasarkan prinsip dan konsep yang benar (Nurmaini, 2001).
B.                 Tujuan
1.      Mengetahui populasi kepadatan lalat disuatu wilayah tertentu
2.      Mengetahui berapa pentingnya lalat sebagai vektor penyakit
C.                Cara Kerja
Alat dan Bahan
·      Fly grill
·      Counter
·      Stopwatch
Prosedur Kerja
·      Siapkan alat dan bahan
·      Letakkan fly grill ditempat yang dianggap populasi lalat tinggi
·      Hitung lalat yang hinggap diatas fly grill
·      Catat dan masukkan ke dalam form penilaian
·      Ulangi ditempat yang berbeda sebanyak 4 titik yang berbeda
·      Ambil hasil dari 5 tertinggi kemudian dirata-rata
D.                Hasil dan Pembahasan
Setiap pengukuran dilakukan sebanyak sepuluh kali, lalu diambil liam terbanyak kemudian dirata-rata. Kategori rata-rata lima tertinggi yaitu sebagai berikut:
·      0-2              : Rendah (tidak ada masalah)
·      3-5              : Sedang (perlu dilakukan pengamatan tempat berbiaknya lalat)
·      6-20                        : Tinggi (populasi cukup padat dan perlu pengamanan tempat                                      berbiaknya lalat dan bila mungkin rencana pengendalian)
·      > 21                        : Sangat tinggi (populasi padat dan perlu pengamanan tempat biaknya                        lalat dan tindakan pengendalian)

Berikut adalah hasil survei kepadatan lalat yang telah praktikan lakukan dengan menggunakan alat fly grill pada 4 titik yang berbeda di dua tempat yang dianggap sebagai sarang perkembangbiakan lalat:

WAKTU
TANGGAL
19/10/2015
JAM
08.00 WIB
09.00 WIB

LOKASI
TPS. Terminal Kartasura
Kandang Puyuh
TITIK
1
2
3
4
1
2
3
4











JUMLAH LALAT YANG HINGGAP PADA FLY GRILL
30” ke-1
4
16
3
3
18
20
11
1
30” ke-2
10
9
2
2
18
24
7
0
30” ke-3
7
10
2
1
22
30
8
1
30” ke-4
7
7
4
0
17
24
10
0
30” ke-5
9
5
4
4
20
21
9
1
30” ke-6
7
2
3
2
12
26
12
2
30” ke-7
11
9
2
0
26
21
10
2
30” ke-8
9
6
1
1
18
24
14
2
30” ke-9
11
7
0
3
21
18
12
2
30” ke-10
9
8
1
0
20
22
12
2
JUMLAH LALAT
(5 TERTINGGI)
50
50
16
14
109
126
61
10
RATA-RATA
(5 TERTINGGI)
10
10
3,2
2,8
22
25,2
12,2
2















Berdasarkan hasil survei lalat tersebut, maka kategori rata-rata hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
·      Titik 1 TPS Terminal Kartasura:
Lokasi selatan dari pusat (tengah) tps berjarak sekitar 20 kaki, masuk kedalam kategori tinggi dimana terdapat 10 lalat dari rata-rata yang telah dijumlahkan dan hal ini perlu dilakukan pengawasan sekaligus perencanaan terhadap pengendalian lalat ditempat tersebut.
·      Titik 2 TPS Terminal Kartasura:
Lokasi pusat (tengah) tps, masuk kedalam kategori tinggi dimana terdapat 10 lalat dari rata-rata yang telah dijumlahkan dan hal ini perlu dilakukan pengawasan sekaligus perencanaan terhadap pengendalian lalat ditempat tersebut.
·      Titik 3 TPS Terminal Kartasura:
Lokasi timur dari pusat (tengah) tps berjarak sekitar 16 kaki, masuk kedalam kategori sedang dimana terdapat 3 lalat dari rata-rata yang telah dijumlahkan dan hal ini perlu dilakukan pengawasan terhadap tempat perkembangbiakan lalat.


·      Titik 4 TPS Terminal Kartasura:
Lokasi utara dari pusat (tengah) tps berjarak sekitar 38 kaki, masuk kedalam kategori sedang dimana terdapat 3 lalat dari rata-rata yang telah dijumlahkan dan hal ini perlu dilakukan pengawasan terhadap tempat perkembangbiakan lalat.
·      Titik 1 Kandang Puyuh:
Lokasi lorong kandang puyuh berjarak sekitar 5 kaki dari pintu masuk kandang puyuh, masuk kedalam kategori sangat tinggi dimana terdapat 22 lalat dari rata-rata yang telah dijumlahkan dan hal ini perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat perkembangbiakan lalat sekaligus melakukan pengendalian lalat ditempat tersebut.
·      Titik 2 Kandang Puyuh:
Lokasi lorong kandang puyuh berjarak sekitar 7 kaki dari pintu masuk kandang puyuh (setelah 2 langkah dari pintu masuk belok ke kiri), masuk kedalam kategori sangat tinggi dimana terdapat 25 lalat dari rata-rata yang telah dijumlahkan dan hal ini perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat perkembangbiakan lalat sekaligus melakukan pengendalian lalat ditempat tersebut.
·      Titik 3 Kandang Puyuh:
Lokasi lorong kandang puyuh berjarak sekitar 14 kaki dari pintu masuk kandang puyuh (setelah 7 langkah dari pintu masuk belok ke kiri), masuk kedalam kategori tinggi dimana terdapat 12 lalat dari rata-rata yang telah dijumlahkan dan hal ini perlu dilakukan pengawasan sekaligus perencanaan terhadap pengendalian lalat ditempat tersebut.
·      Titik 4 Kandang Puyuh:
Lokasi diluar kandang puyuh sebelah kiri dari pintu masuk, masuk kedalam kategori rendah dimana hanya terdapat 2 lalat dari rata-rata yang telah dijumlahkan dan hal ini tidak perlu dilakukan pengawasan karena tidak menjadi masalah dengan kondisi kategorinya yang rendah.
Ada beberapa peralatan dan metode yang digunakan untuk mengukur dan menghitung kepadatan lalat, salah satunya adalah dengan menggunakan alat Fly grill. Pada tempat praktik yang pertama yaitu di tps terminal Kartasura, fly grill diletakkan di beberapa titik yang telah ditentukan kemudian didiamkan selama 30” sambil dihitung jumlah lalat yang hinggap dengan menggunakan counter. Setelah itu diambil 5 jumlah lalat terbanyak disetiap titiknya kemudian dirata-ratakan.
Kemudian pada tempat praktik yang kedua adalah di kandang puyuh yang jaraknya juga tidak jauh dari tps terminal kartasura. Dilakukan penghitungan dengan cara yang sama dengan praktik pertama di beberapa titik yang berbeda di kandang puyuh tersebut, kemudian diambil 5 jumlah dan dirata-ratakan.
E.                 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang didapat, populasi kepadatan lalat tertinggi terdapat didalam Kandang Puyuh hal ini disebabkan karena kondisi suhu dan tempat hidup yang disenangi lalat, selain itu warna dari fly grill juga dapat memengaruhi perhitungan kepadatan lalat. Hal ini perlu dilakukan pengamanan terhadap perkembangbiakan lalat sekaligus pelaksanaan pengendalian vektor lalat terhadap tempat tersebut. Sedangkan pada lokasi tps Terminal Kartasura populasi kepadatan lalat masih berada dibawah satu tingkat dari populasi kepadatan lalat di Kandang Puyuh, hal ini disebabkan karena perhitungan yang kurang efektif yang dilakukan bersamaan dengan aktivitas para pekerja pengelola tps Terminal Kartasura tersebut.
F.                 Saran
Masyarakat hendaknya lebih mengawasi kesehatan lingkungannya dengan cara-cara sederhana seperti menutup makanan dengan tudung saji, menutup jamban, penyediaan tempat pembuangan sampah yang beralaskan semen sekaligus tertutup. Adapun pemberantasan terhadap populasi kepadatan lalat disuatu daerah dilakukan oleh tangan-tangan yang berpengalaman dan handal.












DAFTAR PUSTAKA

Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan          Lingkungan. Jakarta: EGC
Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: Penerbit            Buku   Kedokteran EGC
Khoirul, Mutiana. 2013. Pengendalian dan Pemberantasan Lalat. (Online, http://muntiana. blogspot.co.id/2013/05/pengendalian-pemberantasan-lalat.html).Diakses tanggal 24 Oktober 2015.
Nurmaini. 2006. Identifikasi, Vektor dan Binatang Pengganggu Serta Pengendalian           Anopheles Aconitus Secara Sederhana. (Online, http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf. Diakses tanggal 24 Oktober 2015.



















LAMPIRAN


                                         Gambar 1. Titik 1 TPS Terminal Kartasura.                                                                Gambar 2. Titik 2 TPS Terminal Kartasura.
Lokasi Selatan dari Pusat TPS 20 kaki.                                                                   Lokasi Pusat TPS.




                                                      
Gambar 3. Titik 3 TPS Terminal Kartasura.                                                            Gambar 4. Titik 3 TPS Terminal Kartasura.
Lokasi timur dari pusat (tengah) tps berjarak                                                          Lokasi utara dari pusat (tengah) tps        
sekitar 16 kaki.                                                                                                        berjarak sekitar 38 kaki.



Gambar 5. Titik 1 Kandang Puyuh Lokasi
Lokasi lorong kandang puyuh berjarak sekitar
5 kaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar